Merasa Jumawa? Rendah Hati pun Aku Tak Punya

 


Seperti apa kiranya jika jiwa ini mewujud menjadi seseorang yang angkuh tak berperikemanusiaan? Pun akan seperti apakah jika saja watak budi pekerti senantiasa ranum memekar dalam jiwa ini? Atau, bagaimana jika jiwa dan raga ini tidak memiliki keduanya? Akankah masih layak disebut manusia? Ataukah hanya sebatas identitas manusianya saja, padahal sejatinya memang tak lebih dari sebatas simpanse berbulu yang kebetulan saja diberi anugerah kesadaran dalam berpikir dan merasa? 

Bagaimana bisa makhluk lamban bernama manusia itu menguasai seluruh dunia mini nan sunyi, dunia yang tua dan renta bernama bumi ini? Katakan kepadaku, daratan bumi mana yang tiada sama sekali terjamah oleh manusia? Jelaskan kepadaku, adakah makhluk bumi selain manusia bernasib sama seperti dirinya? Apakah kasuari jantan berotot pernah menjelajahi bumi, ia pernahkah menjajaki tanah Eropa, tanah Afrika, dan daratan kutub utara dan selatan? Apakah kucing Persia memiliki paspor dan seperangkat alat identitas penerbangan lainnya agar ia bisa dengan mudah bolak-balik bandara, terbang dari satu tempat ke tempat lainnya, dari satu benua ke benua lainnya? 

Oh, manusia.... Manusia. Tak ada yang lebih gagah selain engkau dibandingkan dengan saudara saudara binatangmu. Pantas saja tabiatmu congkak dan jumawa. Wajarlah, pun jika semisal unta coklat berpunuk gagah membahana berada di posisimu, ia pun akan merasakan demikian. Namun sayangnya, tak ada yang bisa menandingimu. Jadi, tak perlu khawatir sekawanan bebek dan angsa akan merevolusi nasibnya menentangmu dan menggesermu dari status adidayamu terhadap semua. Lagipula, jika saja mereka berusaha membuat suatu perlawanan kepadamu, kau akan berusaha mengalahkannya kan? Mengakulah saja. Sesama manusia pun kau lawan dan kau deritakan mereka, apalagi sekawanan hewan pengerat, bisa-bisa kau musnahi mereka semua, kan? 

Dan brengseknya dirimu, manakala bumi ini sudah tua renta, sudah rusak tak berdaya, sudah mulai hancur lebur, kau dengan seenaknya kabur tak bertanggung jawab mencari bumi lain di angkasa yang bisa ditinggali kembali. Padahal bumi ini rusak pun ulah tanganmu jua, kau merusaknya dengan seperangkat kedzolimanmu. Brengsek bukan? Dan pada akhirnya jika memang kau berhasil menemukan bumi yang baru, kau pun akan merusaknya kembali, bahkan bisa saja lebih brutal ketimbang sekarang. Jika saja kecoak menjijikan bisa menggosip, ia akan nyinyir bersama kawan-kawannya yang sama-sama menjijikannya jua; "Lihatlah si manusia itu, ia bahkan tak tahu malu dengan kelakukannya sendiri, bumi ini pilu dan sesak berkat kebodohannya. Sekarang mereka kabur begitu saja, meninggalkan segala macam kedunguannya di bumi ini. Dasar manusia-manusia tak tahu diri." 

Bodohnya lagi, manusia-manusia itu alih-alih sadar bahwa apa yang ia rencanakan adalah sebuah hal memalukan dan tak tahu diri, malah ia dengan jumawanya mendeklarasikan kepada dunia bahwa suatu saat nanti umat manusia akan mendarat di tanah Proxima Centauri dan akan menjadi penghuni tetap planet tersebut. Seluruh umat manusia gempar, seakan tak percaya. Mereka pikir tak ada jalan lain selain menanggung nasibnya di bumi yang tidak kekal dan rusak. Bodoh bukan? 

Wahai makhluk-makhluk pasca-modern, kau tahu apa cita-cita manusia saat ini? Oh, sungguh sangat egois sekali bung. Cita-cita manusia saat ini ialah "Kekekalan", haha. Ah! Aku tidak bergurau, sugguh. Karena itu, manusia dengan segenap jeri payahnya akan berusaha semaksimal mungkin agar ia kekal dan digdaya di dunia ini. Apakah dengan niatnya yang ingin melarikan diri ke angkasa bukanlah suatu niatan untuk kekal dan abadi? Pikirkanlah wahai makhluk-makhluk pasca-modern. Jangan mudah dibodohi oleh sekawanan binatang berpikir picik itu. Seperangkat DNA nya sudah diprogram agar ia bisa survive dan menemukan kekekalan dan keabadian. Bukalah seluruh penglihatanmu, pasanglah seluruh pendengaranmu, amati dan identifikasi perilaku manusia itu. Rasanya sangat lucu dan jenaka. Melihatnya tak bisa membuat untuk berhenti tertawa. 

Sudahlah, kau tak takkan sanggup menandinginya wahai makhluk-makhluk pasca-modern. Kau hanya perlu mencintai dan mulai menerima kehidupanmu sekalipun itu menyakitkan. Karena sungguh pun tuhan menciptakan kita semua dengan penuh keterbatasan. Ada banyak yang mengatakan bahwa akal dan pikiran adalah pemberian dari tuhan yang membuat kita sempurna, padahal akal dan pikiran yang kita miliki pun sangat mempunyai keterbatasan dan kelemahan. Akal dan pikiran sangat mudah untuk dimanipulasi. Lalu, pancaindra kita–sebuah alat intelegensia yang dimiliki kita semua pun sangat-sangat mudah untuk dibohongi. Maka dari itu, ada banyak suatu entitas ghaib yang tidak bisa kita nalar melalui akal dan pancaindra. Jika kita mencoba memahami realitas dunia ini dengan hanya mentok pada akal dan pancaindra saja, maka sungguh itu adalah bentuk bunuh diri bagi kita semua yang paling disengaja. Dalam artian, akal dan pancaindra memang sangatlah penting dan harus kita pakai agar dapat memahami segala macam apapun. Tapi janganlah berhenti pada kedua alat itu saja. Setidaknya ada 6 (enam) alat intelegensia yang dipunyai oleh kita semua selain daripada akal dan pancaindra; Akal (Logika), Pancaindra (Empiris), Imajinasi, Naluri (Fitrah), Nurani (Hati), Intuisi (Wahyu). Ke-enam itulah alat intelegensia yang kita miliki. Jadi, gunakanlah semuanya, agar tercipta suatu tatanan yang harmo-dinamis. 

Pada akhirnya selain ketenangan jiwa, tak ada yang perlu dikejar dalam hidup. Sungguh sia-sia jika memiliki banyak harta bergelimang emas, namun jiwanya sungguh jauh dari ketenangan. Nafsu akan segala sesuatu yang tidak perlu, ambisi dengan semua keinginan-keinginan duniawi. Padahal semua-muanya pastilah akan kembali kepada yang Esa, yang satu, dan tiada duanya, tiada tiganya, tiada berbilangnya. Hanya Esa. Hanya satu. Yang maha ada dan yang maha tiada. Tuhan yang maha cinta dan kasih sayang.

Fairus Farizki
Kopas Coffee ; DI Yogyakarta. 
Rabu, 10 November 2021

Komentar

Unggulan