Mampukah Kau Menjadi Kartini Masa Kini?


Siapa yang tak kenal sesosok wanita hebat dari Jepara itu. Raden Ajeng Kartini. Salah satu yang membuat saya kagum–di samping memang banyak hal-hal hebat yang ia lakukan semasa hidupnya kala itu–adalah ; Tokoh emansipasi wanita, religius, nasionalis dan revolusioner itu dahulu semasa hidupnya telah dihadapinya suatu kesulitan kaum wanita, mereka di perlakukan sebelah mata, direnggut hak untuk mengenyam pendidikan, dipaksa menjalani pernikahan di usia yang masih cukup belia, dan hanya diperbolehkan tinggal di rumah untuk mengurus anak saja. 

Termasuk juga kala ia sedang menjalani proses pingitan, dikurung di dalam rumah bersama dengan saudari-saudarinya, sampai seorang priyayi bangsawan datang untuk meminangnya dan menjadikannya istri. Sungguh keadaan yang membuat Kartini merasa segan sekali untuk menjalaninya. Ia benci pernikahan dengan orang yang sama sekali tidak ia kenal, apalagi dengan problematika poligami, ia sangat membenci akan hal itu. Lantas, kondisi pingitan nya laksana neraka bagi Kartini. Tetapi, di saat yang bersamaan, ia berhasil mengubah nasib neraka nya, menjadi aroma aroma surgawi baginya. Ia senantiasa tak pantang kendor untuk mendidik dirinya sendiri. Dengan memanfaatkan membaca buku-buku yang diberikan oleh sang kakak, tak ayal ia menjadi seorang yang berpengetahuan luas, pikirannya seakan-akan menyusuri luasnya dunia walau ia terkurung dalam rumahnya dan hanya sekedar duduk santai membaca, menulis. Lalu membaca lagi dan menulis lagi. Dan seterusnya, tak pernah berhenti selama pena dan gagasan masih mendominasi dirinya.

Sampai pada akhirnya, dengan seluruh pengetahuan dan pengalaman yang ia dedikasikan untuk kaum wanita, bisa tercapai jua. Keinginannya untuk mengangkat hak-hak dan martabat wanita dan semangat nasionalisme yang ia senantiasa gaungkan, telah menginspirasi berbagai tokoh pelopor penggerak pada masa perjuangan. Ada banyak tokoh pergerakan pada masa perjuangan kala itu yang terinspirasi dari pemikiran beliau. Bahkan sempat dicetuskannya suatu perkumpulan pemuda dengan nama Kartini Club yang digagas oleh dr Tcipto Mangoenkoesoemo. Dan berawal dari sinilah, tercetus suatu gerakan revolusioner yaitu ; Kebangkitan Nasional, dan salah satu fokus utamanya adalah berupaya untuk mengangkat harkat dan martabat kaum wanita. Karena wanita adalah manusia jua, mereka mempunyai hak-hak yang harus terus di usung, di bela, dan di pertahankan. Sama seperti laki laki.

Berkat jasa dari seorang Kartini, nasib kaum perempuan di Nusantara ini perlahan-lahan mulai membaik dan semakin membaik, sampai kemudian gagasannya bisa di terima oleh semua khalayak kala itu. Pun sampai sekarang bisa kita rasakan emansipasi, harkat dan martabat kaum wanita telah di usung sebagaimana mestinya, dan dilindungi nya pula hak-hak wanita itu oleh hukum-hukum yang berlaku.

Melihat betapa semangatnya Kartini dalam memperjuangkan hak-hak atas wanita. Lantas, hari ini, setelah semuanya kita nikmati, hak-hak telah kita dapatkan, juga telah dilindungi oleh undang-undang, keadilan bagi kaum wanita telah di usung, kebebasan bagi kaum wanita telah di tegakkan dengan berazaskan pedoman pancasila dan agama. Apakah kita selanjutnya malah mengkhianati sejarah itu sendiri? Sadarkah kita, bayangkan, pada zaman dulu wanita tidak lebih dari sekedar pemuas nafsu politik saja. Raja-raja dahulu, bilamana ingin menambahkan kekuatan kerajaannya, cara apa yang mereka lakukan? Nah, cara yang mungkin mereka lakukan–termasuk cara ini paling mudah dan efektif juga untuk dilakukannya–adalah menikahi para putri bangsawan yang bergelimang harta dan beribu-ribu pasukan agar sang raja bisa memiliki itu semua. Sang putri bangsawan sebagai alat transaksi sang raja agar sang raja bisa memiliki semuanya. Jangan harap sang raja mencintai kepada sang putri tersebut. Tidak. Ia hanya di jadikan sebagai alat politik nya saja. Berbanding terbalik apa yang terjadi di zaman modern ini. Hal-hal semacam itu sudah tidak ada lagi. Kalaupun ada, itu sudah masuk kedalam pasal pelanggaran HAM berat. Tenang saja. Dari sini, kita bisa melihat fenomena zaman dulu itu, bagaimana perasaan kita jika kita hidup pada zaman dulu dan diperlakukan tak layak seperti itu? Bagaimana kita bisa melihat ketidakberperikemanusiannya mereka terhadap kita? Kita hanya di perlakukan seperti boneka sajakah? Lantas, apakah kita malah mengkhianati perjuangan-perjuangan para pahlawan kita dulu dalam mengangkat martabat kaum wanita? 

Dahulu kaum wanita di perjuangkan sebagaimana semua menganggap bahwa wanita adalah makhluk mulia nan suci yang pantas untuk di perjuangkan dan di bela hak-haknya. Tapi, sekarang apakah kedudukan kesucian dan kemuliaan wanita itu tetap dipertahankannya? Tetap exist? Tetap ada? Apakah kesucian dan kemuliaan yang melekat pada diri masing-masing wanita telah pudar dengan kelakuan dirinya sendiri? Kedudukan kesucian dan kemuliaan wanita saat ini patut dipertanyakan kembali. Bahkan, para wanita sekarang alih-alih menjadi seseorang yang anggun nan elegan, mereka menjelma menjadi sesosok yang menyesatkan? Andai saja Kartini masih hidup sekarang, ia akan menangis 7 hari 7 malam melihat wanita-wanita masa kini yang sama sekali cacat moral. Lalu, Apakah kita menyadari bahwa kita telah mengkhianati apa yang di perjuangkan oleh Kartini pada masa hidupnya?

Marilah! Jangan sampai perjuangan ibu kita Kartini dulu sia-sia saja dengan kondisi moralitas dan kebiasaan wanita zaman ini yang begitu kontras seratus delapan puluh derajat. Jadilah! Kartini Masa Kini!! Khususnya untuk Pemudi-pemudi Indonesia. Pemudi Indonesia juga mampu menjadi pemudi yang revolusioner, seperti apa yang pernah diucapkan oleh Bung Karno ; "Hai wanita-wanita Indonesia, jadilah revolusioner, - tiada kemenangan revolusioner, jika tiada wanita revolusioner, dan tiada wanita revolusioner, jika tiada pedoman revolusioner!"

Oleh karena itu, saya disini mencoba untuk menchallange para wanita Indonesia. Terkhusus untuk Pemudi-pemudi nya. 

JADILAH KARTINI MASA KINI!!


Penulis : Fairus Farizki

Arsip : 4 Oktober 2020

Komentar

Unggulan