Hidup Tanpa Tujuan? Mengapa Tidak?


Tujuan hidup memang kiranya perlu kita tanamkan dalam prinsip hidup kita. Hampir semua orang, baik individu atau kelompok menerapkan prinsip tujuan hidup ini. Berbagai macam bentuk dan pola tujuan hidup seseorang beragam versi, beragam gaya, beragam tingkat. Tergantung kepada seseorang itu sendiri. Kita tidak bisa mengecap tujuan hidup semua orang harus bermuara kepada kesuksesan, kekayaan, kesejahteraan, ataupun yang lainnya. Seolah olah kesamaan tujuan adalah hal yang harus dan musti ditegakkan. Naif sekali. Itu adalah sesuatu hal yang keliru. Menurut opini saya, tujuan hidup seseorang itu bersifat relatif, tergantung kepada prinsip masing masing perorangan. Tidak bisa kita cap sebagai suatu kebaikan atau keburukan, kebenaran atau kesalahan dalam konteks 'tujuan' ini. Hanya saja, tergantung kepada masing masing kita. Mungkin saja ada sebagian orang yang menganggap tujuan hidupnya adalah kesuksesan, lantas sebagian orang pula menganggap tujuan hidupnya adalah kebahagiaan, atau barangkali sebagian orang pula menghendaki keduanya. Apakah itu menjadi sebuah barometer kebenaran atau kesalahan? Tidak sama sekali. Kesalahan atau kebenaran, kebaikan atau keburukan, tergantung kepada masing masing orang. Semua pasti ada intensitas negatif dan positifnya, tidak melulu positif ataupun sebaliknya. Kita sendirilah yang harus menimbang mana baik buruk, salah benar nya tujuan hidup kita ini. Bergeraklah! Negara ini sudah merdeka. Begitupun dengan hidup kita jua. Harus merdeka!

Jika berbicara mengenai tujuan hidup, agaknya merupakan suatu hal fundamental yang harus kita cari dan explore. Dan harus kita miliki agar arah alir alur kehidupan kita di dunia ini bisa tertuju dengan rapih dan terarah harus seperti apakah kita menjalankan untuk kedepannya. Bagaimana jika belum mempunyai tujuan hidup? Ya kita harus cari, temukan potensi dan minat kita, pertimbangkan negatif dan positifnya, pelajari dan mulailah bergerak. Atau kita bingung? Ada banyak tujuan hidup kita yang sepertinya tidak bisa kita capai semuanya, bagaimana? Pertimbangkan mana sebaiknya yang harus dituju terlebih dahulu, satu persatu, jangan multitasking. Atau sekiranya kita mampu untuk mencapai semuanya secara bersamaan? Kita mampu multitasking? Ya mengapa tidak? Malah bagus. Semuanya tergantung kepada diri kita masing masing. Kembali lagi, Negara ini sudah merdeka. Begitupun kitanya juga. 

Jika memang sudah mempunyai tujuan hidup dan tahu harus seperti apa kedepannya. Selanjutnya tinggal kita konsisten sembari menikmati prosesnya. Dan ingat juga, proses adalah hal yang paling penting dibandingkan dengan hasil. Saya ingat cuitannya Bung Haris Azhar, seorang ahli hukum dan pegiat HAM lulusan Universitas Trisakti ; "Saya orang yang percaya proses, bahkan bukan cuman percaya. Kadang hasil itu kita ga dapet, tapi proses jauh lebih penting". Begitulah kurang lebih cuitannya. Jadi, walau bagaimanapun semuanya adalah proses, walaupun suatu saat hasil itu kita dapatkan, tapi setelah itu kita kembali berproses, dapat hasil lagi, berproses lagi, begitulah siklusnya. Jadilah 'penganut paham proses', karena ; Proses adalah Hidup, Hidup adalah Proses. 

Nah, lalu bagaimana jika memang selama ini kita sudah mencari tujuan hidup, tapi kita belum menemukannya juga sampai sekarang? Atau barangkali sebagian dari kita beranggapan bahwa ; "repot amat punya tujuan hidup, lebih baik kita nikmatin hidup sajalah". Barangkali ada juga yang punya anggapan seperti itu. Tapi alangkah baiknya jika kita memanfaatkan waktu se elegan mungkin tanpa perlu repot untuk menjalaninya. Nah, mungkin kedua kasus tadi solusinya bisa kita temukan dalam satu jawaban. Yaitu ; "HIDUP TANPA TUJUAN". Dengan kita melakukan konsep ; "Life Long Learning atau Kita Adalah Pembelajar Selamanya". Tidak apa apa tidak mempunyai tujuan hidup asalkan kita menaruh mindset kita pada konsep tadi. Kita bisa belajar apapun yang kita suka, apapun yang kita mau, walau kita tidak tahu kedepannya belajar hal ini dapat membawa kita kemana, dapat membawa kita menjadi apa atau bagaimana. Contohnya, misalkan anda sama sekali tidak punya tujuan hidup, karena mungkin anda menganggap hidup merepotkan bila harus menarget semua hal. Tapi berhubung anda sangat suka dengan dunia musik dan vokal, dan melihat agaknya ada bakat yang terpendam dalam bidang itu. Akhirnya, anda rela menghabiskan waktu tanpa bosan dengan mempelajari segala jenis alat musik dan segala teori vokal hanya karena anda sangat suka mempelajarinya tanpa tahu musik dan vokal ini akan membawa anda kemana esok. Secara tidak langsung anda telah menerapkan prinsip life long learning dalam hidup anda. Ya, seperti itulah kurang lebih contohnya.

Dan pada intinya jika memang kita belum menemukan tujuan hidup atau kita menganggap bahwa merepotkan bila hidup harus mempunyai tujuan, mengapa tidak kita menerapkan konsep hidup Life Long Learning ini kedalam diri kita? Apalagi disertai belajar dengan hal yang kita suka ditambah ada rasa kemauan kuat dalam diri kita. Atau mungkin bukan hanya hal yang kita minati saja, bisa juga kita mempelajari hal hal baru yang sebelumnya sama sekali tidak kita ketahui. Dan seumur hidup kita akan menemukan hal baru yang kita pelajari, kemampuan dan pengetahuan kita berkembang setiap harinya. Kembali lagi juga, Negara ini sudah merdeka. Begitupun diri kitanya juga. Kita bebas untuk mempelajari apapun, di manapun, dan kapanpun. Tak ada batasan dan prasyarat khusus untuk mempelajari sesuatu, asalkan kita punya kemampuan, terapkan konsep Life Long Learning itu kedalam diri kita, dan mari bergerak!

Dan terakhir sebagaimana pepatah Arab kuno mengatkan :

اطلبوا العلم من المهد الى اللحد

Artinya : “Tuntutlah ilmu sejak dari buaian hingga liang lahat.” Dalam cuitan kalimat diatas dapat kita ketahui bahwa menuntut ilmu atau belajar itu tidak kenal batas usia dan waktu. Terdengar simpel memang. Tapi, kadang saking simpelnya kita cenderung menyepelekan hal itu, padahal pada kenyataannya sangat berpengaruh sekali bagi kita sendiri.

Long Life Education. Long Life Learner.

"Kita Adalah Pembelajar Selamanya"


Penulis : Fairus Farizki

Arsip : 26 September 2020

Komentar

Unggulan