Belenggu Hijrah dan Kekonyolannya


“Gerakan Pemuda Hijrah”, begitu populernya gerakan itu di kalangan pemuda dewasa ini. Sungguh pun tak dapat dipungkiri niat baiknya dan hal-hal positif yang di gagas oleh punggawanya. Bahkan kala itu, gubernur Anies Baswedan pun menyambut baik kehadirannya, ia menganggap bahwa gerakan pemuda hijrah ini adalah suatu bentuk kebangkitan para pemuda dan pemudi islam. Hal ini pula yang menjadi menjamurnya gerakan ini marak terjadi di kota-kota, khusunya DKI Jakarta. Tak jarang para politisi dan selebriti memanfaatkan hal ini untuk kepentingan pribadinya sendiri dengan dalih tak masuk akalnya. Karena hal itu pula, hijrah sesungguhnya menjadi sesuatu hal yang harus di kritisi pula oleh kita.  

Menilik pada kata dan makna “Hijrah” itu sendiri dalam pemahaman umum yang beredar dalam benak lapisan masyarakat cenderung adalah seseorang yang semula ia berpakaian terbuka lalu ia berhijrah mengganti pakaiannya dengan pakaian yang tertutup dan ia pula menganggap dirinya telah hijrah dari perkara yang menyesatkan, ia berdakwah mengajak kepada sesama untuk mengikuti dirinya, media sosial nya penuh dengan kutipan islami yang mengorientasikan kepada hijrah itu sendiri, dan yang lebih parahnya lagi ia menyalahkan dan melawan orang-orang yang ‘katakanlah’ enggan atau belum ingin untuk berhijrah. Hal ini lah kekecewaan saya terhadap hijrahwan dan hijrahwati yang mengaku dirinya sholeh sendiri sehingga ia berlaku refresif kepada mereka yang enggan mengikutinya. Sungguh hal ini bisa menjadi bahan materi stand-up di kalangan para komika.

Jika hijrah hanya dimaknakan dengan peristiwa semacam itu diatas, maka sungguh ia benar-benar menyempitkan makna hijrah sendiri secara yurisprudensinya. Hijrah bukanlah persoalan simbolik yang hanya berpindah dari yang berpakaian terbuka ke pakaian tertutup. Hijrah bukan pula persoalan fisik seseorang saja, akan tetapi hijrah juga adalah persoalan batin seseorang juga. Maka, jika telah memilih “hijrah” tidak haruslah memakai jubah atau surban biar seolah Islami. Benar belaka apa yang disampaikan Habib Husein : hati adalah kunci. Tentu akan lucu sekali jika misalnya seorang dengan jilbab lebar tapi gemar membagikan kabar bohong, atau berjubah dan berjenggot tapi suka menebar kebencian. Itu perkara yang sangat jenaka sekali.

Hal ini lah yang harus di kritisi dan memicu semangat kepada sebagian aktivis untuk membuka ruang diskusi perihal fenomena hijrah tadi.

1. Bagaimana tanggapan kalian ketika melihat fenomena hijrah yang akhir-akhir ini populer di kalangan masyarakat milenial?

2. Apakah tidak menjadi masalah jika hijrah hanya dikaitkan dengan pakaian saja? Apakah keliru? Apakah benar? Dimanakah letak kekeliruannya? Dimanakah letak kebenarannya?

3. Menurutmu, hijrah yang baik adalah hijrah yang seperti apa? Dan bagaimana?

4. Apakah gerakan hijrah semacam tadi bisa berpotensi dijadikan senjata politik? Mengapa? Apakah itu tak menjadi masalah?

5. Bagaimana pula tanggapan kalian melihat hijrahwan dan hijrahwati yang merasa dirinya paling benar? Bagaimanakah solusinya agar perkara semacam itu bisa dikurangi?


Nb : Tulisan ini merupakan Pengantar Diskusi yang mana saya sendiri yang membawakannya.


Penulis : Fairus Farizki

Arsip : 25 Februari 2021

Komentar

Unggulan